Alasan Bajaj Angkat Kaki Dari Indonesia

iwanbanaran.com

Rumor tak sedap yang menimpa Bajaj belakangan ini memang belum mendapat tanggapan resmi dari BAI selaku APM Bajaj. Namun seperti kata pepatah” ada asap, tentu ada api” berita rencana hengkangnya Bajaj dari Indonesia tentu ada sebabnya. Apa penyebab produk baru begitu sulit berkembang di Negeri ini ya?

Bila kita melihat strategi & manuver yang dilakukan oleh BAI untuk menancapkan benderanya sepertinya tak ada yang salah (setidaknya sedikit salahnya).

Bermain di segmen segmented

Tak seperti kebanyakan pabrikan jepang dan juga saudara senegaranya yang bermain di “zona merah”, Bajaj cukup cerdik memposisikan diri di kelas yang targeted. Sekalipun market share motor sport tak sebesar matic dan bebek, namun pertarungan di kelas ini belum sekeras kelas lain. Kompetitor utama mungkin hanya Kawasaki, itu pun fokusnya lebih ke segmen “premium” (setidaknya bagi rakyat Indonesia). Kalaupun saat iniYamaha dan Honda juga mulai serius menggarap pasar yang tak lebih dari 10% ini, line-up yang berbenturan langsung mungkin hanya Honda Verza, yang juga sangat berbeda pasar dengan konsumen Bajaj.

Produk Berkualitas & Pricing Strategy

Tak terbantahkan memang saat ini produk roda dua India khususnya Bajaj sudah mampu mengimbangi pabrikan Jepang. Apalagi dengan sharing teknology dengan pabrikan top eropa, membuat kualitas produk India, macam P200NS, bahkan mungkin mengungguli pesaing dari Asia Timur. Berbagai produk berkualitas yang di lahirkan bahkan selalu di banderol di bawah harga pasaran (khususnya di Indonesia). Tentu makin valuable, Dan seolah membuat produk lain overprice.

 

Tak Punya Pabrik & Tak bergabung dengan AISI

PeDe dengan kemampuan diri, Bajaj ogah ikut saudaranya (TVS) bergabung dengan Asosiasi yang menaungi industri otomotif dalam Negeri. Tentu hal ini menjadi poin negatif bagi Bajaj, kepentingan Bajaj di Indonesia tentu sulit untuk disuarakan ke pemerintah karena posisi tawar Bajaj di Industri ini mesih sangat lemah. Selain itu ketiadaan pabrik, membuat Bajaj terkesan tak sepenuh hati. Belum lagi problem kelangkaan  sparepart yang menggelayuti penunggang “serigala” Pulsar Series.

Penetrasi  Brand Baru Harus Siap Rugi 10 Tahun

Sebagai brand yang namanya selama ini lebih identik dengan kendaraan roda tiga, tentu upaya Bajaj menanamkan image produk roda dua berkualitas bukan perkara mudah. Waktu lima atau mungkin sepuluh tahun masih cukup singkat untuk membuat nama Bajaj sejajar dengan brand papan atas lain.

Jadi sepertinya next strategy Bajaj yang tepat bukan angkat kaki, tapi bersabar… pelan-pelan membangun image (tanpa black campaign), konsisten menghadirkan produk berkualitas berharga “wajar”, kontinyu meningkatkan jaringan aftersales baik kualitas maupun kuantitas. Pasti kedepannya ada titik terang buatmu… J

Last, ayo Bajaj Chemunguddd…Eaaa…KaKaq...