Thursday, 27 September 2012 Posted by AGUS MAKSUM 1 comments » Posted in ,

Bertarung Dengan TBC #3; Menyepelekan Gejala

Dari poster yang saya baca di puskesmas dayun waktu dulu. Ciri orang yang kena TBC diantaranya, berat badan turun drastis, keringat dingin dimalam hari, batuk terus menerus, sampai puncaknya batuk berdarah.

Tapi yang saya alami kok berbeda, entah mungkin hanya karena tak menyadarinya. Satu-satunya yang sesuai adalah menurunnya berat badan secara drastis, waktu itu berat badan saya tinggal 52kg padahal biasanya selalu diatas 60kg.

Selebihnya tak ada keringat dingin, batuk-batuk, apalagi batuk darah. Tapi dahak memang selalu keluar waktu main bola nyaris hampir tiap menit meludahkan dahak. Waktu santai, main, jalan pun demikian. Setidaknya 5 menit sekali meludah. (jorok ya).

Bahkan Bapak pun pernah menegur "Gus, awakmu ki kok ngidu wae ki ngopo?" (gus, kamu itu kok meludah terus tu kenapa?). Tapi saya lupa dulu saya jawab apa pertanyaan itu.

Saya memang jadi pelupa sekarang, mungkin karena ratusan pil antibiotik kelas tinggi telah saya konsumsi untuk kesembuhan. Bahkan karena "kesalahan Dokter" (nanti saya ceritakan) saya diberi jenis antibiotik tb level tertinggi, dan mahal lagi harganya.

Lama kelamaan, dahak itu semakin banyak, kental dan semakin sering muncul di tenggorokan. Sampai suatu ketika ada seperti secuil darah di dahak yang keluar. Awalnya saya pikir cabai yang nyelilit di gigi dan terbawa keluar bersama liur. Karena penasaran saya coba sentuh, lho rupanya cair, ga salah lagi itu darah.

Kemudian saya berpikir sejenak. Dari mana kira-kira asalnya, Ah mungkin berasal dari tenggorokan yang luka. Pikir saya waktu itu. Padahal tidak ada rasa sakit sedikitpun di tenggorokan.

Lambat laun, dahak itu kian kental, saya pun bisa merasakan dahak itu datang dari dada, bukan tenggorokan. Intensitas dahak bercampur darah pun meningkat. Makin sering.

Tak mau sesuatu yang buruk terjadi pada anaknya. Ibu saya "memaksa" saya untuk periksa ke pak Mantri yang kebetulan rumahnya pas di sebelah rumah kami.

Setelah diperiksa dan di tanya-tanya. Pak Mantri langsung menyarankan periksa ke Puskesmas Kecamatan, karena menurutnya sangat mungkin saya mengidap TBC. Jlebbb

Keesokan harinya, dengan ditemani bapak. Saya periksa ke Puskesmas Dayun. Sampai sana bukannya dikasih obat/suntik malah dikasih 3buah botol plastik kosong.

Ooo. Rupanya saya diminta menampung dahak pagi siang dan malam, untuk di cek apakah benar positif TB atau tidak.

Tapi hasil tes keluar 7 hari lagi. Sementara kondisi tubuh saya mulai menurun. Daran makin sering keluar, dari 3 kali sehari, 7 kali, sampai berkali-kali (tak terhitung). Berarti pembuluh darah mulai pecah satu persatu.

(bersambung)


http://motoroda.wordpress.com/2012/09/25/bertarung-dengan-tbc-paru-kembang-kempis-peluang-hidup-menipis/

http://motoroda.wordpress.com/2012/09/25/bertarung-dengan-tbc-2-ulah-siapa-ini/

1 comments:

Post a Comment

Meski tanpa moderasi berkomentar dengan bijak ya, tulisanmu cermin kepribadianmu! Ok.