Friday, 28 September 2012 Posted by AGUS MAKSUM 3 comments » Posted in ,

Bertarung Dengan TBC;Bersiap Untuk Mati

Setelah dahak saya setor kd puskesmas. Kondisi saya mulai memburuk. Untuk pertama kalinya saya mulai batuk-batuk, rasanya gatal sekali tenggorokan ini. Saya pun mencoba terbatuk dengan suara seanggun mungkin. Karena takut Paru-paru saya 'rontok' seketika.

Sampai suatu sore, saya keluar dari kamar mandi. Belum sampai kamar lagi. Saya terbatuk, ga keras-keras amat. Tapi cukup untuk mengeluarkan gumpalan darah besar-besar, sekepalan tangan bercampur darah segar, mungkin kalau ditampung bisa sebaskom penuh jumlahnya.

Entah karena jumlah darah yang keluar, atau karena rasa takut luarbiasa saya waktu itu. Saya langsung terkulai lemas, terbaring di kasur dengan menggigil kedinginan. Untuk pertama kalinya saya bersiap untuk Mati.

Tak henti saya berucap "Laaillahaillaulloh". Saya pun sempat berulang kali berpikir mungkin ini hari terakhir dalam hidup saya.

Selang tak lama kemudian pak mantri datang. Juga tetangga, termasuk Mbah Ndarim, dukun pijat dan melahirkan yang sudah saya anggap mbah sendiri. Karena seumur-umur saya baru melihat mbah kandung saya waktu kuliah di bandung. Dan mbah ndarim ini satu-satunya jenis dukun yang saya percayai. Dukun beranak, selebihnya. Tidak perlu, Terimakasih. :D

Pak mantri yang melihat jumlah darah pun tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Dia meminta bapak segera mengubur darah yang tercecer dengan tanah, dan menyiramnya dengan minyak lampu. Tujuannya jelas untuk membunuh bakteri. Untunglah waktu itu belum ada program konversi LPG. :mrgreen:

Kemudian pak Mantri melihat kondisi saya, dia bertanya "mas agus kedinginan?". Saya cuma mengangguk. Disekeliling saya orang-orang tak henti membisikkan untu "nyebut". Menyebut asma Allah tentu.

Pak mantri pun kebingungan. Katanya kalau terjadi pendarahan dalam musti makan es batu. Tapi kondisi saya kedinginan, kemudian diambil keputusan Saya harus Opname.

Dengan menggunakan Mobil pak mantri (saya ga punya Mobil), saya diantar ke Rumah Sakit Hasan Sadiqin (sekarang jadi Evarina).

Sepanjang jalan kekhawatiran saya berlipat-lipat. Kepingin sekali batuk, tapi takut sekali darah kembali keluar.

Setelah sampai saya langsung dibawa ke UGD, dan ajaib, saya langsung merasa baikan. Mungkin karena yakin telah berada di tempat yang tepat. Sugesti kesembuhan itu langsung berEfek positif.

Makanya saya tak heran jika ada yang berobat ke dukun, beberapa saat kemudian langsung merasa baikan. Karena Sugesti dan keyakinan memang bisa membuat rasa sakit menghilang. Sekalipun untuk sementara.

Dan Saya yang begitu percaya pada Dokter saat itu, ditangani pak dokter jauh lebih manjur dari pada minum obatnya sendiri. Padahal tak semua Dokter berkualitas. Sesuatu yang sungguh tak saya duga sebelumnya. (selanjutnya saya ceritakan).

Diantara dokter yang bisa dipercaya, pak Mantri salah satunya, sekalipun belum bergelar Dokter. Selain itu jiwa empatinya begitu besar. Bagaimana tidak, dia rela mengambil resiko mobilnya terkontaminasi bakteri TBC demi keselamatan Saya.

Karena saya pun terinfeksi karena Naik mobil yang "salah".

(bersambung...)

http://motoroda.wordpress.com/2012/09/26/bertarung-dengan-tbc-3-menyepelekan-gejala/

http://motoroda.wordpress.com/2012/09/25/bertarung-dengan-tbc-paru-kembang-kempis-peluang-hidup-menipis/

http://motoroda.wordpress.com/2012/09/25/bertarung-dengan-tbc-2-ulah-siapa-ini/

3 comments:

adrian Says:

wah bersambung terus. langsung aja sampai selesai biar orang baca langsung dapat hikmahnya (tidak semua orang bisa kebetulan mampir disini khan?

Motoroda Says:

Saya sanggupnya cuma nulis dikit-dikit. :D
Mudah-mudahan tetap ada hikmah di tiap episode nya. (kayak sinetron aja) :D

Bertarung Dengan TBC #5; Harus Sembuh! « Motoroda | Otomotif & Roda Dua Says:

[...] Bertarung Dengan TBC;Bersiap Untuk Mati [...]

Post a Comment

Meski tanpa moderasi berkomentar dengan bijak ya, tulisanmu cermin kepribadianmu! Ok.